Sabtu, 27 Agustus 2011

Birokrasi Gila Foto

Dewasa ini industri percetakan berkembang pesat. Desainer-desainer pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Tempat-tempat umum ramai dengan aksesoris berupa spanduk dan baliho besar yang memuat foto para birokrat dan politisi. Eksistensi artis sebagai bintang reklame mulai tergusur oleh wajah-wajah yang ingin numpang terkenal. Tak mengherankan jika akhirnya banyak artis yang ingin beralih profesi menjadi birokrat dan politisi karena merasa lahan pencarian mereka sudah mulai direnggut kalangan tertentu.

Ketika banyak orang yang mau mejadi artis, beberapa artis justru memilih beralih profesi menjadi birokrat dan politisi. Sebut saja Dede Yusuf, Rano Karno, Tantowi Yahya, Rike Dyah Pitaloka, Alm. Adjie Massaid, Angelina Sondakh, Primus Yustisio, dan sebagainya. Kesuksesan mereka tentu tidak lepas dari popularitas yang disandang karena sering muncul di media informasi. Hal inilah yang ingin diikuti oleh para birokrat dan politisi yang lain. Kondisi seperti ini telah mengantar kita memasuki suatu revolusi di bidang birokrasi.

Dalam setiap kegiatan, baliho dan spanduk kegiatan tak luput dari sasaran pemajang foto. Ucapan selamat dan dukungan mengalir memenuhi ajang perhelatan bagai mata air yang bermuara di suatu tujuan. Tentunya hal itu dilakukan bukan tanpa sebab. Para pemajang spanduk dan baliho tidak sekedar mengucapkan selamat atau menyatakan dukungan terhadap suksesnya kegiatan, tetapi mereka juga ingin memperkenalkan wajah mereka melalui foto-foto yang dijadikan layout spanduk dan baliho.

Tidak hanya dalam perhelatan suatu kegiatan tertentu, aksi memajang foto sering kita dapati di tempat umum. Bahkan tidak sedikit yang menjadi penghuni pohon-pohon sepanjang jalan. Kalender dan jadwal imsakiyah ramadhan pun menjadi sasaran empuk tiap tahun untuk memajang foto. Ironisnya, seorang bupati yang memiliki belasan anak menjadi ikon sebuah reklame yang bertajuk “Dua Anak Lebih Baik” demi memajang foto di papan reklame. Eksistensi duta pun tergusur oleh keserakahan birokrat demi sebuah popularitas karena ingin dikenal oleh rakyat. Mengapa tak memilih saja warga yang memiliki dua orang anak yang berhasil untuk dijadikan sebagai Duta KB?

Sabtu, 06 Agustus 2011

Kata-Kata Hikmah

(Disadur dari Dialog dalam Film Para Pencari Tuhan Jilid 5)


Sesekali kita harus mengajari seseorang tentang cara menghargai orang lain (Aya)

Saya malu harus tetap tinggal dengan prestasi yang buruk. (Bang Jack)

Tidak ada kata cerai dalam Pramuka dan Hansip. (Udin)

Dalam setiap hal yang kita miliki, ada hak orang lain. (Asrul)

Seorang pengabdi agama tidak akan pernah pensiun. Dia akan terus berarti sebelum akhirnya mati. (Asrul)

Apalah arti ikhtiar seorang istri jika suami tidak ridha? (Bu Jalal)

Merasa beruntung dibanding orang lain hanya akan membuat kita bersikap sombong. Biarlah Allah yang menjuluki hamba-Nya sebagai hamba yang beruntung. (Mira)

Kasih sayang kadang membuat seseorang tidak bisa melihat kebenaran. (Azzam)

Kita akan selalu menemukan kekurangan pada pasangan kita dan menemukan kelebihan pada orang ketiga. Kalau kita lari pada orang lain, dia juga punya kekurangan dan kita lari pada orang selanjutnya. Sampai kapan kita akan terus mencari? Manusia itu tidak ada yang cocok. Yang ada hanya mencocokkan diri. (Bu Uztas)

Perceraian itu sesuatu yang dihalalkan tetapi dibenci oleh Allah. (Bu Uztas)

Kalau Allah berkehendak menurunkan keburukan pada seseorang, pasti orang itu akan meminta ditunda. (Bu Uztas)

Salah satu tanda-tanda akhir zaman adalah orang-orang berlomba membangun masjid megah tapi kosong dari umat. (Aya)

Untuk menjawab urusan perceraian, tidak bisa dengan akal, tapi harus dengan agama (Mira)

Kebaikan akan terlihat banyak ketika bercampur dengan keburukan. (Bu Jalal)

Simbol kekayaan harus dilepas daripada Allah menganggap kita tidak bisa mengurus rumah tangga. (Pak Jalal)

Tidak ada yang tahu kehendak Allah, kecuali Dia yang memberi tahu melalui hikmah dari setiap peristiwa yang kita alami. (Mira)

Dunia tidak bisa melihat keberadaan kita. Dunia hanya bisa melihat kita dari keringat yang jatuh karena kerja keras. (Bu Jalal)

Kalau kita berkaca, yang kita lihat adalah kebalikan. (Juki)