Senin, 27 September 2010

Sastra




Sebuah karya yang berkualitas tidak hanya mengedepankan unsur hiburan. Karya merupakan media untuk menyampaikan amanat. Setidaknya, dalam sebuah karya yang berkualitas, terdapat dua dimensi amanat, yakni menggugat dan menggugah. Hal inilah yang dilakukan oleh siswa SMA Athirah Makassar yang tergabung dalam Teater Baruga. Melalui teater sebagai sebuah karya seni, siswa SMA Athirah Makassar menggugat KPK yang dikenal sebagai lembaga anti rasuah. Sepeti apa gugatan yang disampaikan?


Baca selengkapnya....


CitraLelaki Bugis-Makassar dalam“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” 


Akhir tahun 2013, demam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (TKVDW) sangat terasa di semua lapisan masyarakat lintas generasi. Perbincangan tentang TKVDW tidak hanya dalam forum diskusi formal dan non formal, tetapi juga marak menjadi bahan diskusi di media sosial, seperti facebook dan twitter. Semua ini tidak terlepas dari rencana pemutaran perdana film TKVDW yang diangkat dari novel karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dengan judul yang sama. Film garapan Sunil Soraya tersebut diputar perdana pada tanggal 19 Desember 2013 mendatang.

Baca selengkapnya....


Tragedi Ruyati Dua Ribu Sebelas
(Puisi ini berhasil menjuarai Lomba Puisi Kemanusiaan dalam rangka Kemah Bakti dan Lomba VII PMR Wira se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat di PKP KNPI Sudiang Makassar dan dibacakan oleh Nurfadilah, kontingen PMR SMAN 1 Sengkang)

Baca selengkapnya....


Nilai Sosial dalam Novel "Azab dan Sengsara" Karya Merari Siregar

Kehidupan yang dijalani oleh manusia di dunia ini adalah kehidupan bermasyarakat karena manusia merupakan makhluk sosial. Seseorang tidak akan dapat hidup tanpa orang lain.

Hubungan manusia dengan masyarakat harus dilihat sebagai hubungan seseorang dengan masyarakat secara terpadu bukan dengan manusia secara perseorangan. Hubungan itu merupakan realisasi dari dorongan naluri “bergaul” bagi manusia yang keberadaannya di dalam diri manusia sejak lahir manusia, tanpa dipelajari. Dalam hubungan itu, manusia akan melibatkan dirinya dalam masyarakat secara penuh tanpa mempersoalkan keuntungan dan kerugian yang diperolehnya dalam masyarakat itu.

Baca selengkapnya ....


Matrilinear dalam Novel "Layar Terkembang" Karya HAMKA

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck merupakan sebuah karya tersohor yang ditulis oleh HAMKA. Novel yang berisi kisah cinta antara seorang pemuda Zainuddin dengan seorang gadis bernama Hayati. Cinta mereka tidak mendapat restu keluarga Hayati. Pinangan Zainudin ditolak. Penolakan tersebut berawal dari persoalan adat istiadat yang telah turun-temurun dijalankan oleh masyarakat suku Minangkabau yang menjadi latar dalam cerita tersebut, yakni budaya matrilinear.

Baca selengkapnya...


Emansipasi Wanita dalam Novel "Layar Terkembang" Karya Sutan Takdir Alisyahbana
Emansipasi wanita sangat jelas tergambar dalam novel “Layar Terkembang” karya Sutan Takdir Alisyahbana. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan penggalan novel yang disajikan sebagai data pada hasil penelitian. Kutipan-kutipan tersebut menggambarkan kegigihan sorang perempuan bernama Tuti dalam memperjuangkan hak-hak perermpuan.
Novel ini memperkenalkan masalah wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita, berwawasan luas, serta bercita-cita mandiri. Masalah lain yang dipersoalkan dalam novel ini, yaitu masalah kebudayaan barat dan timur, juga termasuk masalah agama. Novel ini menampilkan cinta kasih antara Yusuf, Maria, dan Tuti.

Baca selengkapnya...


Skripsi "Makna Simbol dalam Mantra Bugis Dialek Wajo (Telaah Semiotik Sastra Klasik Lisan Wajo)"

Abdullah. 2010. Makna Simbol dalam Mantra Bugis Dialek Wajo (Telaah Semiotik Sastra Klasik Lisan Bugis). Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar (dibimbing oleh Andi Sukri Syamsuri selaku Pembimbing I dan Munirah, selaku Pembimbing II

Baca selengkapnya...


Cerpen "Hidup di Persimpangan Jalan"
“Etta, pulangmi Nurdin!” Seru adikku ketika melihatku dari arah kejauhan. Kulihat kedua ettaku bergegas keluar dari dalam rumah hendak menyambutku. Ada keceriaan dan kegembiraan yang terpancar dari wajah mereka. Aku juga melihat titik-titik air yang keluar dari mata air air mata etta makkunraiku, tapi aku yakin itu adalah keharuan seorang ibu. Adikku membantuku mengangkat barang-barang yang aku bawa. Aku digiring masuk ke dalam rumah. Semua peristiwa tadi sore masih jelas di ingatanku.

Baca selengkapnya...


Cerita Rakyat "LA WELLE"

Dikisahkan konon kabarnya, di sebuah desa bernama Wajo-wajo hiduplah seorang anak yatim yang masih kecil. Anak itu bernama Lawelle. Ayahnya meninggal karena dibunuh oleh Lamannuke. Sejak saat itu, Lawelle tinggal berdua dengan ibunya. Warga sekitar pun sangat sayang pada Lawelle karena dia termasuk anak yang rajin dan tidak nakal.

Suatu ketika, Lawelle sedang bermain-main dan tiba-tiba menyaksikan sepasang burung memberi makan pada anak-anaknya. Lawelle pun takjub menyaksikan peristiwa yang menurut dia masih asing karena belum pernah dilihat sebelumnya. Hal inilah yang kemudian membuatnya bertanya pada ibunya tentang upaya kedua ekor burung yang memberi makan pada burung-burung yang lain.

Baca selengkapnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar Anda setelah membaca isi blog ini.