Selasa, 05 Juli 2011

Tragedi Ruyati Dua Ribu Sebelas

Afrat Lagosi

Sabtu, Delapan Belas Juni Dua Ribu Sebelas
Awan gelap seakan menutup langit tanah air
Duka menyelimuti bangsa
Mungkin tak seheboh tsunami Aceh
Atau lahar panas Merapi
Atau banjir bandang Gorontalo
Atau bencana apa saja di atas air mata tanah air

Ini bukan apa-apa
Ini pun bukan siapa-siapa
Ini hanya sekelumit kisah seorang ibu rumah tangga
Yang demi sesuap nasi
Rela meninggalkan keluarga
Mengadukan nasib di bumi suci
Sementara dengan bangga
Para penguasa negeri ini menyebutnya pahlawan devisa

Mungkin memang tak pantas disebut pahlawan
Seperti pahlawan kemerdekaan
Seperti pahlawan revolusi
Seperti pahlawan apa saja
Jika tak mengorbankan nyawa
Hingga harus menutup usia
Di tiang pancung
Demi kadilan
O...

Ironi memang
Kematian yang tak wajar
Setelah empat hari sebelumnya
Presiden berpidato dengan lantang di Jenewa
Tentang perlindungan pekerja rumah tangga
Sementara ia tak mampu menyelamatkan warganya
Dari tiang pancung

Perlindungan hanya sebatas retorika
Di atas mimbar kekuasaan

(Puisi ini berhasil menjuarai Lomba Puisi Kemanusiaan dalam rangka Kemah Bakti dan Lomba VII PMR Wira se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat di PKP KNPI Sudiang Makassar dan dibacakan oleh Nurfadilah, kontingen PMR SMAN 1 Sengkang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar Anda setelah membaca isi blog ini.