Selasa, 29 Desember 2009

Ambalan Hasanuddin-Kartini Tingkatkan Kuantitas dan Kualitas

Ambalan Hasanuddin-Kartini yang berpangkalan di SMA Negeri 1 Sengkang dengan nomor Gudep 14.083-14.086 kembali mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan organisasi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk Persami pada tanggal 26 s.d. 27 Desember 2009 ini merangkaikan beberapa agenda kegiatan, di antaranya Penerimaan Tamu Ambalan, Upacara Unggun Api, malam kanyita, Sidang Dewan Kehormatan Kenaikan Tingkat dari Penegak Bantara ke Penegak Laksana, dan kegiatan yang tidak biasanya dilaksanakan selama ini yakni Pertemuan Alumni Ambalan Has-Kar.

Dalam upacara Penerimaan Tamu Ambalan, Wawan Septiawan selaku Ketua Sangga Kerja memperhadapkan 84 calon peserta kepada Ka Mabigus yang diwakili oleh Drs. H. Abdul Gaffar selaku Pembina Upacara. Ke-84 calon peserta tersebut terdiri dari 29 putra dan 55 putri. Dalam prosesi upacara tersebut, Pembina Upacara menanyakan kepada Pengurus Dewan Ambalan tentang kesediaan para pengurus menerima dan membimbing calon peserta yang diiyakan oleh semua pengurus.

Dalam amanatnya, Pembina Upacara berpesan kepada seluruh pengurus agar dapat membimbing dan mengarahkan calon peserta berdasarkan sistem dan tujuan pendidikan kepramukaan. Selain itu, Pembina Upacara juga berpesan kepada peserta agar dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan tekun dan disiplin. Pembina Upacara selanjutnya menutup amanatnya dengan pernyataan menerima tamu ambalan yang selanjutnya diserahkan kembali kepada Dewan Ambalan untuk mendapatkan pembinaan.

Setelah prosesi upacara dilaksanakan, kegiatan dilanjutkan pada malam hari dengan kegiatan Upacara Unggun Api dilanjutkan dengan malam kanyita. Keakraban terlihat kala setiap peseta yang mewakili regu masing-masing menampilkan kreativitas mereka. Tidak hanya itu, pemandu acara pun tidak segan-segan mengundang panitia, pembina, bahkan para alumni yang hadir untuk tampil bernyanyi atau membacakan puisi.

Selepas acara malam kanyita, pembina menggelar Sidang Dewan Kehormatan (SDK) Kenaikan Tingkat dari Penegak Bantara ke Penegak Laksana yang dipimpin oleh Kak Abdullah (Pembina Satuan Penegak Ambalan Hasanuddin). Sidang yang dilaksanakan berjalan alot diselingi humor dan ketegangan yang tampak di wajah peserta sidang. SDK yang digelar ini memperhadapkan 9 (sembilan) calon Penegak Laksana, di antaranya Muhammad Jumardan, Marsul Musyawwir Mardis, Muhammad Ikram, Syafrizal, Nurdin Afandi, Dian Eka Sari, Wahyunaningsih, Irma Suriyani, dan Kasmiriawanti.

Proses persidangan diawali dengan arahan yang disampaikan oleh Kak Zainuddin (Ketua Lemdikacab) yang mewakili Ketua Kwarcab Wajo. Sidang juga dihadiri oleh beberapa unsur Kwarcab lainnya, di antaranya Kak Yusri, Kak Gusti, dan Kak Nawawi. Selain itu, hadir pula unsur-unsur DKC, di antaranya Kak Yunus dan Kak Musfain. Di antara undangan, tampak pula unsur-unsur Mabigus, guru Pendais, wali kelas, dan orang tua peserta didik calon Penegak Laksana.

Persidangan yang sempat diskorsing sebanyak 3 (tiga) kali ini ditutup tepat pukul 04.00 dini hari dengan keputusan ke-9 peserta dinyatakan lulus dan berhak menyandang tanda jabatan Penegak Laksana. Para peserta dilantik usai salat Subuh oleh Kak Yusri mewakili Ka Mabigus. Dalam amanat pelantikan, pembina berpesan kepada para peserta agar dapat menjadi contoh teladan bagi Pramuka yang lain, khususnya dalam lingkup Ambalan Hasanuddin-Kartini.

Menyambut pagi yang indah nan cerah, segenap peserta Persami, baik pengurus, tamu ambalan, maupun pembina menyegarkan otot-otot dengan mengikuti Senam Pramuka. Walau sedikit lucu karena tidak menghafal gerakan-gerakan senam, namun semua peserta merasa senang dan dapat menikmati setiap gerakan hingga akhir senam.

Setelah mengadakan senam, peserta Persami secara resmi dilepas oleh Kak Abdullah. Dalam apel pelepasan, pembina mengingatkan kepada segenap peserta, khususnya para tamu ambalan agar tetap bersemangat mengikuti setiap kegiatan kepramukaan. Pembina menyatakan bahwa kegiatan penerimaan tamu ambalan yang telah dilaksanakan merupakan langkah awal untuk dapat bergabung dengan Ambalan Hasanuddin-Kartini. Hal ini masih memerlukan tindak lanjut dan akan terus dipantau pada proses pelatihan yang akan dimulai pada bulan Januari 2010. Dalam apel itu pun, pembina memberikan motivasi kepada para pengurus ambalan agar dapat meraih tanda jabatan Penegak Laksana. Demikian pula kepada ke-9 Penegak Laksana yang baru dilantik, pembina juga memberikan motivasi agar dapat meraih Penegak Garuda sebelum menyelesaikan pendidikan di SMA.

Selasa, 15 Desember 2009

Nilai-nilai Pendidikan Hilang di Lembaga Pendidikan

Abdullah

Lahirnya Permen Diknas No. 48 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan merupakan angin segar bagi pembinaan kesiswaan di sekolah. Pihak pemerintah pusat (Departemen Pendidikan Nasional) telah jelas mengarahkan proses pembinaan kepada siswa di sekolah. Menilik substansi permen tersebut, tampak pembinaan kesiswaan diarahkan menuju peningkatan kreativitas siswa. Pembina diharapkan betul-betul mengarahkan siswa mencapai keterampilan (life skill) dari 10 (sepuluh) bentuk pembinaan yang diprogramkan.

Aktualisasi pembinaan kesiswaan di sekolah rupanya jauh dari harapan pemerintah pusat. Hakikat pembinaan kesiswaan yakni melahirkan generasi yang memiliki keterampilan terabaikan. Bukan karena Pembina Kesiswaan tidak siap menjalankan substansi permen, melainkan karena intervensi yang datang dari unsur birokrat daerah. Pihak birokrat daerah—Dinas Pendidikan—tidak menjalankan peranannya sebagaimana mestinya.

Seharusnya pihak birokrat daerah memberikan dukungan kepada pembina di sekolah dalam menjalankan tugasnya. Tetapi kenyataan di lapangan sangat berbeda. Pihak birokrat daerah justru terjun ke sekolah memasung kreativitas pembina dan siswa. “Pihak birokrat daerah semestinya menempatkan diri sebagai orang tua yang mengunjungi dapur anak-anaknya dan melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, bukannya bertandang untuk meminta garam dari anaknya.” Pernyataan inilah yang sering dilontarkan pembina di sekolah menanggapi obyek yang dilancarkan birokrat daerah ke sekolah. (Maaf, saya tidak menyebutnya proyek karena proyek lebih memiliki nilai manfaat dibanding obyek).

Kalau dulu, birokrat sering bertandang ke sekolah menawarkan proyek dari luar untuk pengembangan sekolah, baik dalam bentuk operasional maupun infrastruktur, walau dananya biasa disunat, hal ini bisa dimaklumi karena setidaknya ini telah meringankan beban pembina dalam hal penganggaran. Namanya juga usaha. Sedangkan birokrat sekarang, justru terjun ke sekolah menawarkan barang untuk dibeli oleh pihak sekolah. Justru membebani penganggaran kegiatan kesiswaan. Barang (tenda Pramuka) yang ditawarkan pun tidak layak pakai dari segi kualitas dan terang saja harganya tentu di atas harga semestinya. Padahal, pembina telah mengarahkan siswa merancang dan membuat sendiri tenda dari bahan yang berkualitas. Tentunya ini sejalan dengan tujuan pembinaan seperti yang telah diungkap sebelumnya, yakni melahirkan generasi yang memiliki keterampilan.

Ironisnya, hal ini dilakukan oleh seorang pejabat eselon III dari instansi terkait. Sepertinya pemimpin sudah tidak punya lagi lahan berladang hingga tanpa malu mengeruk dan mengais dana dari sekolah. Tanpa malu seorang pejabat eselon III bertandang ke sekolah membawa paket tenda untuk dijual. Mau tak mau pihak sekolah harus mau membeli (he he he… teringat sebuah lagu dangdut tempo dulu). Pihak sekolah tidak bisa mengelak karena barang sudah sengaja dipesan dari jauh. Pihak pengelola takut merugi. Sebagai bawahan, pihak sekolah pun harus menurut walau sempat berdebat tentang kualitas barang yang ditawarkan karena tidak pernah melihat contoh sebelumnya. Apalagi ketika sang pejabat melontarkan kalimat, “Kalau 01 sudah ACC, bayar saja!” Inilah imbas sistem ketatanegaraan kita yang berawal dari sistem perekrutan abdi negara, yakni Asal Bapak Senang. (baca: Seleksi CPNS Memupuk Loyalitas Abdi Negara)

Tiba-tiba saya teringat Pak Panunjuk (guru mata pelajaran Pendidikan Agama di SD) ketika menjelaskan syarat-syarat jual beli. Salah satu syaratnya adalah barang harus ada. Saat itu saya bertanya, “Pak, bagaimana kalau barangnya ada di tempat lain?” Dengan sikap tenang Pak Panunjuk menjawab, “Kalau barangnya di tempat lain dan tidak ada contoh, tentu kita tidak bisa tahu mutu barang itu.” Itulah yang tertanam dalam benak saya sampai sekarang tentang jual beli dan hari ini saya melihat hal itu sudah dijalankan. Nilai-nilai pendidikan yang saya terima sejak SD, hari ini di lingkungan lembaga pendidikan.

Senin, 14 Desember 2009

Hidup adalah Pengabdian


Abdullah Fastabiqul Khairat (Afrat) lahir di Samarinda, pada hari Sabtu, tanggal 24 November 1984 dari pasangan Aminuddin dan Maryam. Anak sulung dari 4 bersaudara (Abdullah, Jumadi, M. Yusuf, Nurhalisa) ini memiliki nama lahir Mardiansyah. Perubahan nama terjadi ketika mendaftar di bangku SD. Perubahan nama itu melahirkan seabrek nama panggilan bergantung sikontolpanjang (situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan).

Di lingkungan keluarga tempat lahir (Samarinda) lebih dikenal dengan sapaan Mardi (Maryam-Aminuddin) dan Tattung (hari lahir: Sabtu). Tahun 1990, ketika berusia 5 tahun, hijrah ke Lagosi dan mulai mengenyam pendidikan di SDN 343 Geddongnge (sekarang SDN 339 Lagosi). Sejak saat itu nama sapaan berubah menjadi Ancha di lingkungan keluarga dan Dul di lingkungan sekolah.

Tahun 1996, setelah lulus SD, lanjut ke SLTPN 2 Pammana. Setelah lulus SMP pada tahun 1999, lanjut ke SMUN 1 Sengkang. Selama mengenyam pendidikan di bangku SMA, selain aktif di organisasi internal, juga aktif di organisasi luar sekolah, seperti Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Cabang Sengkang, Remaja Masjid Al-Manar Tempe, Sanggar Seni Lasangkuru, dsb. Beberapa prestasi pernah diraih, di antaranya Juara III Narasi Monolog Kisah Teladan Rasul tahun 2000, Juara I Lomba Baca Puisi Religius dalam rangka memeriahkan HUT ke-29 Radio Suara Asadiyah tahun 2001, Juara I Visualisasi Puisi pada Porseni Remaja Masjid se-Kab. Wajo tahun 2002. Berbekal pengalaman tersebut, didaulat mengisi acara Pembacaan Puisi Religi setiap Kamis Malam dan Sabtu Malam di Mentari FM binaan PD IRM Wajo.

Setelah lulus SMA tahun 2002, lanjut ke Yayasan Pendidikan dan Keterampilan Wajo Computer Centre (WCC) Program Profesi “Aplikasi Komputer dan Sekretaris Eksekutif”. Di samping itu, aktivitas di luar kampus tetap jalan sejak bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Persiapan Sengkang dan Sanggar Seni Teater Kosong ’82 Sengkang. Perhatian lebih banyak tercurah ke kegiatan kesenian, di antaranya menjadi Tim Pelatih Tari Kolosal Pembukaan Porseni PGRI Kab. Wajo tahun 2003, Tim Pelatih Tari Kolosal Peringatan Hari Jadi Wajo tahun 2003, dan Tim Pelatih Seni Tradisional Bugis delegasi Kab. Wajo ke Samarinda tahun 2003. Aktivitas di bidang seni yang padat membuat kegiatan di kampus terbengkalai dan akhirnya tidak mampu merampungkan proses pendidikan di WCC dan hanya mendapat sertifikat Operator Executif dan Desain Grafis.

Awal tahun akademik 2003/2004, lanjut di STIA Puangrimaggalatung Sengkang jurusan Administrasi Negara. Hanya mampu bertahan 1 semester karena lagi-lagi disibukkan dengan kegiatan kesenian setelah mendapatkan kesempatan bermain teater pada Pengukuhan Pengurus Kerukunan Masyarakat Wajo (KEMAWA) Samarinda akhir tahun 2003. Sejak itu, bergabung di Sanggar Seni Simentempola.

Tahun 2004, berkat kiprah di bidang seni, mendapat tawaran dari almamater (SMAN 1 Sengkang) menjadi Pembina Seni dan diangkat menjadi staf Tata Usaha. Sejak saat itu pula, aktivitas seni lebih difokuskan pada pembinaan seni di sekolah. Berbekal sertifikat Operator Eksekutif dan Desain Grafis, dialihkan dari staf Tata Usaha menjadi guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Tahun 2005, kembali mencoba mengadu nasib di bangku kuliah dengan melanjutkan pendidikan di STKIP Puangrimaggalatung Sengkang jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kegiatan semakin padat ketika jiwa organisasi kembali bangkit. Selama kuliah, sempat menjadi Wakil Sekjen Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Koordinator Bidang Penelitian dan Evaluasi (LITEV) Racana Latadampare, dan mendirikan sebuah organisasi sastra dengan nama Gerbang Sastra sekaligus menjadi ketua periode pertama. Sederet organisasi yang digeluti membentuk jiwa idelisme seorang mahasiswa.

Tidak hanya di dalam kampus, bahkan membawa Gerbang Sastra menjalin korelasi dengan Kantor Pariwisata, Seni, dan Budaya Kab. Wajo dan akhirnya mendapat kepercayaan menjadi delegasi Kab. Wajo pada Sayembara Cerita Rakyat Daerah Sulawesi Selatan tahun 2007 dengan hasil Juara II. Prestasi yang diraih mengantar menjadi Direktur Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) HMI Cab. Wajo tahun 2007. Kegiatan organisasi di kampus maupun di luar tidaklah menghalangi tugas sebagai guru di sekolah. Pihak sekolah justru mendaulat menjadi guru mata pelajaran Sastra Indonesia di jurusan Bahasa tahun 2007 selain tetap mengajarkan mata pelajaran TIK. Pengalaman pada bidang pembinaan kesiswaan pun semakin bertambah sejak dipasang pada beberapa bidang pembinaan, seperti Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok Pecinta Alam SMANSA (KOMPAS), dan Gerakan Pramuka.

Tahun 2008, setelah membuat sebuah esai yang berjudul "KKLP: Rekreasi Tahunan Pejabat Struktural", yang mengkritik pelaksanaan KKLP di kampus, pihak struktural kampus mengeluarkan surat sanksi akademik berisi skorsing selama 3 (tiga) bulan. Tidak menerima keputusan itu, akhirnya memutuskan hijrah ke Universitas Muhammadiyah Makassar dengan jurusan yang sama. Jarak Sengkang-Makassar tidak menghalangi niat menuntut ilmu di samping tetap mengabdi pada almamater, yakni tetap mengajar walau harus pergi-pulang setiap minggu. Di sela-sela waktu antara kuliah dan mengajar, masih sempat meluangkan waktu melatih tari pada Sanggar Seni Lasangkuru bekerja sama dengan Gerbang Sastra untuk dipentaskan pada Festival Keraton Nusantara VI tahun 2008.

Tahun 2009, kembali mendapat kepercayaan dari Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Kab. Wajo untuk menjadi delegasi pada Festival Budaya Serumpun Melayu. Kredibilitas dalam bidang seni semakin menguat seiring datangnya tawaran dari SMAN 1 Pammana menjadi guru mata pelajaran Seni Budaya. Baru 2 minggu mengajar, kembali mendapat kepercayaan, kali ini dari Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika untuk menampilkan Pertunjukan Rakyat pada Pameran Pembangunan Sulawesi Selatan di Makassar.


Setelah menyelesaikan studi S-1 pada tahun 2010, kembali mendapat tawaran mengajar di SMPN 4 Tansitolo, Andalan Kabupaten Wajo, pada mata pelajaran Seni Budaya dan TIK. Selain itu, dipercayakan juga membina pengembangan diri Jurnalistik. Sejak saat itu, SMPN 4 Tanasitolo mempublikasikan buletin yang diberi nama Buletin NARASI (Wahana Ekspresi dan Apresiasi Siswa).

Selama aktif pada organisasi dan bidang pendidikan, sering mendapat kesempatan mengikuti seminar-seminar dan pelatihan, di antaranya Diklat Pembuatan Webmaster Sekolah, Diklat Kompetensi Guru TIK SMA se-Kab. Wajo (Peringkat 2),Diklat Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan, Diklat Administrasi dan Kesekretariatan, Diklat Jurnalistik, Kursus Mahir Dasar (KMD) Pembina Pramuka, Diklat Manajemen Pembinaan PMR, dsb. Selain itu, juga sering mendapat kepercayaan membawakan materi pada diklat kepemimpinan dan organisasi, bahkan pelatihan jurnalistik. Melalui eksistensi sebagai guru mata pelajaran Seni Budaya mengantar SMPN 4 Tanasitolo bekerjasama dengan Sanggar Seni "SIMENTEMPOLA" melaksanakan pelatihan seni tradisional di SMPN 4 Tanasitolo.

Tidak terlepas dari aktivitas keseharian, beberapa karya yang telah dihasilkan, di antaranya Tari Pappaseng (Juara III Lomba Tari Tk SD se-Kec. Tempe Tahun 2003), Tari Maruddani (Juara II Lomba Tari Tk. SMP se-Kec. Pammana Tahun 2006), Cerpen “Hidup di Persimpangan Jalan” (2007) dan “Surat kepada Tuhan” (2008) yang mendapat penghargaan dari Departemen Pendidikan Nasional, Drama “Tragedi Pengantin Remaja” (2006), Cerita Rakyat “Gettenna Latenribali” (Juara II Sayembara Cerita Rakyat Daerah Sulsel 2007), dsb.

Walau beberapa sahabat karib dan kerabat menjuluki "multi talenta", namun tetap merasa sebagai manusia biasa yang juga mengidolakan sosok tokoh, seperti Gus Dur, Chairil Anwar, Soe Hok Gie, Iwan Fals, dan Rhoma Irama. Tak mengherankan jika prinsip hidup yang ditekadkan, "Hidup adalah Pengabdian", tampak seperti bentuk representasi sosok tokoh yang diidolakan.

Nun wal qalaami wamaa yasthurun
Demi pena dan tinta yang dituliskannya

Fastabiqul khaerat

Satyaku kudarmakan, darmaku kubaktikan
Ikhlas bakti bina bangsa berbudi bawa laksana

Noi siamu tutty fratelly

Dari titik ini
Sedang kita tarik garis lurus
Ke titik berikutnya

Hidup adalah Pengabdian

Minggu, 13 Desember 2009

Awal Peradaban di Wajo


Sebelum ada manusia tinggal di Wajo, di sana hanyalah terdapat padang yang luas dan hutan yang lebat tidak tertembus yang dihuni oleh bermacam-macam binatang: babi liar, rusa, kerbau, dan pelbagai jenis burung. Banyak pula danau yang terdapat di sana yang dihuni oleh bermacam-macam ikan dan buaya.

Adapun mula adanya orang di sana, ialah dua orang beranak yang bermukim di pinggir danau itu bertani dan menangkap ikan. Tidak diketahui namanya dan tidak diketahui asalnya. Dikatakannya, bahwa mereka berasal dari sebelah gunung di dekat pantai. Orang-orang itu berbahasa Bugis.

Mereka capak bertani dan dipagarinya, rajin menggembala dan tidak diganggu oleh binatang tanamannya, tidak dimakan babi dan tidak dikosongkan oleh burung pipit. Diketahui pula oleh mereka waktu yang baik untuk menanam padi, jagung, talas, ubi, tebu, dan sayur-sayuran.

Oleh karena itulah mereka kenyang sejak mereka ada di situ. Banyaklah orang lain yang datang menambahnya. Telah ada lebih empat puluh orang laki-laki, sebab mereka mengatakan, bahwa orang itu pandai berbicara lagi pandai meramal. Setelah banyak orang yang berkumpul di situ, orang itu dinamakan Puangnge ri Lampulung dan digelarnya pula danau itu danau Lampulungeng.

Pada suatu waktu berkumpullah orang-orang di Lampulungeng dan berkata Puang ri Lampulungeng: “Aku ingin pergi mencari tempat lain yang dekat laut, sebab tempat kita sekarang telah sempit (untuk dijadikan) sumber penghidupan kita. Tidak ada lagi tanah yang bisa digarap, bila ada orang menggabung pada kita.” Sama mengia orang-orang di situ hendak mengikutinya.


Bagaimana kelanjutan kisahnya? Temukan jawabannya di "WAJO ABAD XV-XVI SUATU PENGGALIAN SEJARAH TERPENDAM SULAWESI SELATAN DARI LONTARA" buah tangan Prof. Mr. Dr. Andi Zainal Abidin.

Profil

Hidup adalah Pengabdian
Abdullah Fastabiqul Khairat, lahir di Samarinda, pada hari Sabtu, tanggal 24 November 1984 dari pasangan Aminuddin dan Maryam. Anak sulung dari 4 bersaudara (Abdullah, Jumadi, M. Yusuf, Nurhalisa) ini memiliki nama lahir Mardiansyah. Perubahan nama terjadi ketika mendaftar di bangku SD. Perubahan nama itu melahirkan seabrek nama panggilan bergantung sikontolpanjang (situasi, kondisi, toleransi, pandangan dan jangkauan).


Baca selengkapnya...

Sosial

Profesionalitas Aparatur Negara Dipertanyakan

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin pesat. Bahkan beberapa daerah telah merancang program RT/RW Net, yakni jaringan internet yang sampai ke tingkat RT/RW. Tentu saja tujuan yang ingin dicapai dari program ini adalah masyarakat mampu mengakses informasi secara cepat melalui internet. Di kalangan masyarakat, kata internet bukan lagi hal baru bagi mereka. Hadirnya layanan jejaring sosial semakin mendekatkan masyarakat dengan dunia maya.

Baca selengkapnya...



Mari Berhitung

Sejak dari bangku Sekolah Dasar kita telah belajar ilmu hitung atau sebutlah matematika. Ilmu hitung masuk dalam kategori ilmu pasti. Dalam ilmu pasti, tak pernah ada jawaban yang rancu. Kita selalu mendapatkan jawaban yang sama jika jawaban kita memang benar. Soal-soal ilmu hitung yang paling menarik dipelajari kala itu adalah menghitung biaya pembelian atau penjualan dan menghitung jarak tempuh atau kecepatan tempuh kendaraan. Kedua materi tersebut tergolong sangat menarik karena dapat langsung diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat.

Baca selengkapnya...



Gelapnya Purnama di Indonesia

“Gelap”, inilah kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana purnama di Indonesia. Bulan purnama yang sering muncul pada malam ke-15, justru menghilang saat 15 Syawal 1432 H. Berdasarkan ketetapan pemerintah melalui Menteri Agama RI, 1 Syawal 1432 H jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011. Ini berarti masyarakat Indonesia akan menyaksikan cerhnya purnama pada tanggal 13 September 2011. Namun tak ada hujan dan mendung pada malam harinya, langit di atas bumi pertiwi justru tampak gelap. Tak ada tanda-tanda munculnya bulan purnama. Padahal malam sebelumnya, yakni pada tanggal 12 September 2011, langit tampak cerah dengan cahaya rembulan yang begitu sempurna.

Baca selengkapnya....


Birokrasi Gila Foto

Dewasa ini industri percetakan berkembang pesat. Desainer-desainer pun bermunculan bak jamur di musim hujan. Tempat-tempat umum ramai dengan aksesoris berupa spanduk dan baliho besar yang memuat foto para birokrat dan politisi. Eksistensi artis sebagai bintang reklame mulai tergusur oleh wajah-wajah yang ingin numpang terkenal. Tak mengherankan jika akhirnya banyak artis yang ingin beralih profesi menjadi birokrat dan politisi karena merasa lahan pencarian mereka sudah mulai direnggut kalangan tertentu.

Baca selengkapnya....


Menanti Aksi Tokoh Perdamaian Dunia

Pemilu presiden telah berlalu dan presiden terpilih pun sudah menjabat selama hampir satu tahun. Tentu saja presiden terpilih adalah pilihan rakyat secara murni karena dipilih secara langsung, bukan melalui perwakilan di parlemen. Namun sepertinya rakyat tidak puas dengan pilihannya. Ini dibuktikan dengan maraknya aksi unjuk rasa, bahkan tidak jarang menuntut presiden mundur dari jabatannya.

Baca selengkapnya...


Seleksi CPNS Memupuk Loyalitas Calon Abdi Negara
Seorang sarjana lulusan perguruan tinggi meminta tolong kepada kemanakannya yang baru duduk di bangku kelas XII SMA untuk dibuatkan surat lamaran yang berisi permohonan mengikuti ujian CPNS. Maklum, Sang Paman sudah lama meninggalkan kampus hingga mungkin ia ragu pada keindahan tulisannya.

Baca selengkapnya...

Budaya



CitraLelaki Bugis-Makassar dalam“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” 


Akhir tahun 2013, demam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (TKVDW) sangat terasa di semua lapisan masyarakat lintas generasi. Perbincangan tentang TKVDW tidak hanya dalam forum diskusi formal dan non formal, tetapi juga marak menjadi bahan diskusi di media sosial, seperti facebook dan twitter. Semua ini tidak terlepas dari rencana pemutaran perdana film TKVDW yang diangkat dari novel karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dengan judul yang sama. Film garapan Sunil Soraya tersebut diputar perdana pada tanggal 19 Desember 2013 mendatang.

Baca selengkapnya....





Mengenal Orang Bugis dari Nama


Setiap suku pasti punya ciri khas yang unik dalam namanya tetapi kebanyakan nama tersebut berdasarkan nama gelar kebangsawanan, marga ataupun bahasa daerah masing-masing.

Baca selengkapnya ....


Cerita Rakyat "LA WELLE"

Dikisahkan konon kabarnya, di sebuah desa bernama Wajo-wajo hiduplah seorang anak yatim yang masih kecil. Anak itu bernama Lawelle. Ayahnya meninggal karena dibunuh oleh Lamannuke. Sejak saat itu, Lawelle tinggal berdua dengan ibunya. Warga sekitar pun sangat sayang pada Lawelle karena dia termasuk anak yang rajin dan tidak nakal.

Suatu ketika, Lawelle sedang bermain-main dan tiba-tiba menyaksikan sepasang burung memberi makan pada anak-anaknya. Lawelle pun takjub menyaksikan peristiwa yang menurut dia masih asing karena belum pernah dilihat sebelumnya. Hal inilah yang kemudian membuatnya bertanya pada ibunya tentang upaya kedua ekor burung yang memberi makan pada burung-burung yang lain.

Baca selengkapnya...


Awal Peradaban di Wajo
Sebelum ada manusia tinggal di Wajo, di sana hanyalah terdapat padang yang luas dan hutan yang lebat tidak tertembus yang dihuni oleh bermacam-macam binatang: babi liar, rusa, kerbau, dan pelbagai jenis burung. Banyak pula danau yang terdapat di sana yang dihuni oleh bermacam-macam ikan dan buaya.

Baca selengkapnya...

Seni

Kompleksitas Pembelajaran Seni Teater Menjawab Problematika Pembelajaran Seni Budaya

Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

Baca selengkapnya...


Dari d'Masiv ke Kiki Farel
(Catatan Kecil Prestasi SMAN 1 Pammana)

Prestasi tak hentinya diraih SMAN 1 Pammana. Setelah sukses menampilkan dance pada stage opening konser d'Masiv yang digelar di Stadion A. Ninnong Sengkang pada tanggal 25 Juli 2009 lalu, kini tim dance yang dimotori Habibi, S.Pd. (baca: Tingle), sedang sibuk-sibuknya latihan mempersiapkan dance untuk ditampilkan pada tanggal 1 Agustus 2009 mendatang sebagai opening jumpa fans Kiki Farel yang akan digelar di Lapangan Merdeka Sengkang.

Baca selengkapnya...

SMAN 1 Pammana Tampilkan Pertunjukan Rakyat pada Pameran Pembangunan Sulsel
SMAN 1 Pammana akan kembali unjuk kebolehan dalam bidang seni. Kali ini, sekolah yang dikepalai oleh Drs Jufri Nur, M.Pd. tersebut akan ikut ambil bagian sebagai pengisi acara pada Pameran Pembangunan Sulsel yang akan diadakan di Benteng Somba Opu Makassar pada tanggal 12-16 Agustus 2009.

Baca selengkapnya...

Tak Gendong Tak Lagi Kemana-mana
Siapa yang tidak kenal dengan Mbah Surip? Nama sosok seniman itu telah melekat di hati penikmat musik tanah air, mulai dari balita hingga orang dewasa. Betapa tidak, Mbah Surip yang dikenal dengan lagu "Tak Gendong" ini sudah sering tampil di layar kaca dan sudah mengadakan konser ke beberapa daerah di tanah air. Namun, sejak pukul 10.30 pagi tadi, Mbah Surip telah meninggalkan ribuan penggemarnya menghadap ke haribaan Ilahi.

Baca selengkapnya...

Pendidikan

PMR SMAN 1 Sengkang Memboyong Tropy Terbanyak

PMR SMA Negeri 1 Sengkang kembali mempersembahkan kebanggaan untuk sekolah dan PMI Kabupaten Wajo. PMR SMA Negeri 1 Sengkang sebagai salah satu sekolah utusan PMI Kabupaten Wajo berhasil memboyong tropy terbanyak pada kegiatan Kemah Bakti dan Lomba (KBL) VII PMR Wira se-Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang dilaksanakan oleh UKM KSR PMI Unit Universitas Negeri Makassar. Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 20 s.d. 25 Juni 2011 bertempat di PKP KNPI Sudiang Makassar.

Baca selengkapnya....


Kompleksitas Pembelajaran Seni Teater Menjawab Problematika Pembelajaran Seni Budaya

Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.

Baca selengkapnya...


Ambalan Hasanuddin-Kartini Tingkatkan Kuantitas dan Kualitas

Ambalan Hasanuddin-Kartini yang berpangkalan di SMA Negeri 1 Sengkang dengan nomor Gudep 14.083-14.086 kembali mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pembinaan dan pengembangan organisasi baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kegiatan yang dilaksanakan dalam bentuk Persami pada tanggal 26 s.d. 27 Desember 2009 ini merangkaikan beberapa agenda kegiatan, di antaranya Penerimaan Tamu Ambalan, Upacara Unggun Api, malam kanyita, Sidang Dewan Kehormatan Kenaikan Tingkat dari Penegak Bantara ke Penegak Laksana, dan kegiatan yang tidak biasanya dilaksanakan selama ini yakni Pertemuan Alumni Ambalan Has-Kar.

Baca selengkapnya...


Nilai-nilai Pendidikan Hilang di Lembaga Pendidikan
Lahirnya Permen Diknas No. 48 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan merupakan angin segar bagi pembinaan kesiswaan di sekolah.

Baca selengkapnya...


Dari d'Masiv ke Kiki Farel
(Catatan Kecil Prestasi SMAN 1 Pammana)

Prestasi tak hentinya diraih SMAN 1 Pammana. Setelah sukses menampilkan dance pada stage opening konser d'Masiv yang digelar di Stadion A. Ninnong Sengkang pada tanggal 25 Juli 2009 lalu, kini tim dance yang dimotori Habibi, S.Pd. (baca: Tingle), sedang sibuk-sibuknya latihan mempersiapkan dance untuk ditampilkan pada tanggal 1 Agustus 2009 mendatang sebagai opening jumpa fans Kiki Farel yang akan digelar di Lapangan Merdeka Sengkang.

Baca selengkapnya...


SMAN 1 Pammana Tampilkan Pertunjukan Rakyat pada Pameran Pembangunan Sulsel
SMAN 1 Pammana akan kembali unjuk kebolehan dalam bidang seni. Kali ini, sekolah yang dikepalai oleh Drs Jufri Nur, M.Pd. tersebut akan ikut ambil bagian sebagai pengisi acara pada Pameran Pembangunan Sulsel yang akan diadakan di Benteng Somba Opu Makassar pada tanggal 12-16 Agustus 2009.

Baca selengkapnya...


Asyiknya Belajar Jurnalistik
Final Jurnalistik yang diadakan di Benteng Somba Opu Makassar menyisakan banyak kenangan bagi pesertanya. Itulah yang dipaparkan beberapa mahasiswa Unismuh yang memprogramkan mata kuliah tersebut.

Baca selengkapnya...


Improvisasi Antar SMAN 1 Sengkang Raih Prestasi
Improvisasi, setidaknya itulah yang kini dekat di hati siswa SMAN 1 Sengkang, khususnya peserta KBL PMR-PMI Wira se-Sulselbar yang dilaksanakan oleh KSR-PMI UNM pada tanggal 30 Juni - 4 Juli 2009 di Makassar.

Baca selengkapnya...

Sabtu, 12 Desember 2009

Seleksi CPNS Memupuk Loyalitas Calon Abdi Negara

Abdullah

Seorang sarjana lulusan perguruan tinggi meminta tolong kepada kemanakannya yang baru duduk di bangku kelas XII SMA untuk dibuatkan surat lamaran yang berisi permohonan mengikuti ujian CPNS. Maklum, Sang Paman sudah lama meninggalkan kampus hingga mungkin ia ragu pada keindahan tulisannya. Tentu ini bukanlah pekerjaan yang sulit bagi siswa SMA karena sudah menjadi santapan segar sejak mengikuti bimbingan Ujian Nasional. Dari 50 butir soal, 3 di antaranya tentang surat lamaran yang selalu muncul setiap tahunnya. Namun ternyata apa yang dibayangkannya tidak seperti yang ia hadapi. Sang Paman menyodorkan sebuah contoh surat lamaran yang dikeluarkan pihak penyelenggara. Lama Sang Kemanakan tertegun menyaksikan contoh surat lamaran tersebut silih berganti dengan contoh surat lamaran yang dipelajarinya di sekolah. Dalam benaknya terlintas sebuah tanda tanya, “Yang mana salah dan yang mana benar?”


Tanggal 12 Desember 2009, hari yang menentukan masa depan sebagian besar rakyat Indonesia. Betapa tidak, sekitar ratusan ribu rakyat Indonesia mengadukan nasibnya pada Ujian CPNS yang diselenggarakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini merupakan cerminan angkatan kerja yang siap menjadi abdi negara demi menyambung hidup. Ini belum seberapa dibandingkan dengan penerimaan CPNS tahun-tahun sebelumnya karena secara administrasi, persyaratan mengikuti ujian kali ini lebih tinggi dibandingkan dengan pelaksanaan sebelumnya. Salah satu yang mencolok yaitu kualifikasi pendidikan yang sebelumnya dapat diterima dari lulusan SMA, namun kali ini hanya diterima dari alumni D-3 atau S-1, kecuali formasi tertentu yang bersifat keterampilan dan prestasi non akademik.

Sekilas tampak kualifikasi pendidikan sebagai syarat mendaftar pada formasi jabatan yang ditawarkan terkesan akan meningkatkan kualitas abdi negara. Tentunya hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang menjadi tugas pokok sebagai abdi negara. Namun benarkah harapan-harapan itu terwujud setelah proses perekrutan rampung?

Menilik proses perekrutan, tampak suatu fenomena yang sangat miris. Pihak penyelenggara terkesan meragukan kemampuan para calon pendaftar. Salah satu bukti ketidakpercayaan penyelenggara pada calon pendaftar sangat jelas pada contoh surat lamaran yang dikeluarkan oleh penyelenggara. Kehadiran contoh surat lamaran tersebut memang memudahkan calon pendaftar dalam melengkapi berkas permohonan, namun terlepas dari itu, contoh surat lamaran tersebut mengungkung kreativitas calon pendaftar.

Pihak penyelenggara mestinya mengingat bahwa para calon pendaftar ini adalah orang-orang intelek yang berjiwa dan berpikir ilmiah, bukan masyarakat awam yang tak pernah melihat surat lamaran. Jangankan sarjana atau diploma, siswa SMA saja dituntut mampu membuat surat lamaran pekerjaan. Setidaknya seorang sarjana atau diploma mampu berimprovisasi dalam menyusun sebuah surat lamaran. Jika surat lamaran saja tak mampu dibuat, bagaimana para calon aparat ini mampu memberikan pelayanan administrasi pada publik setelah terangkat nantinya?

Mencermati contoh surat lamaran yang dikeluarkan penyelenggara, terdapat banyak kesalahan baik dari teknik penulisan maupun dari unsur kebahasaannya. Sebagai contoh kesalahan yang terdapat dalam surat lamaran tersebut dapat kita lihat pada kutipan berikut.
MENGAJUKAN PERMOHONAN KEPADA BAPAK UNTUK MENGIKUTI UJIAN SELEKSI CPNS ….
Sumber: Contoh surat lamaran CPNS Kab. Wajo

Jika kita cermati dari tataran sintaksis, penggunaan kata “MENGIKUTI” pada kutipan contoh surat lamaran di atas tidak benar, karena dalam konteks kalimatnya, kata tersebut memiliki makna bahwa pemohon bermohon agar “BAPAK” yang mengikuti ujian, padahal yang dimaksud “BAPAK” pada surat tersebut adalah bupati sebagai pejabat pembina kepegawaian di daerah. Seharusnya kata yang digunakan adalah “MENGIKUTKAN SAYA PADA”, karena yang akan mengikuti ujian adalah pemohon yang berstatus sebagai calon pendaftar, sedangkan “BAPAK-lah” yang memiliki kewenangan memberikan izin kepada pemohon untuk mengikuti ujian.

Selain itu, tipografi contoh surat lamaran tersebut pun sudah semestinya tidak digunakan. Tipografi surat yang digunakan yaitu bentuk surat resmi Indonesia lama yang menempatkan alamat yang dituju pada bagian kanan. Sementara tipografi surat resmi Indonesia baru menempatkan alamat yang dituju pada bagian kiri.

Tidak hanya kesalahan itu yang muncul. Bahkan, penulisan kata serapan dan penggunaan afiksasi sebagai bentuk kebakuan bahasa pun tidak diperhatikan dalam penulisan contoh surat lamaran tersebut. Fenomena ini sudah sangat bertentangan dengan proses pembelajaran surat lamaran di sekolah. Inilah yang terkadang membuat siswa acuh tak acuh belajar karena merasa tak ada gunanya berteori panjang-lebar kalau pada akhirnya tak digunakan juga.

Kesalahan pada contoh surat lamaran yang dikeluarkan oleh penyelenggara di Kabupaten Wajo kemungkinan terjadi pula di daerah lain di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menggelar ajang pertaruhan nasib ini. Jika benar itu yang terjadi, bagaimana publik dapat menitipkan harapan mereka pada calon abdi negara ini? Ini merupakan suatu fenomena yang jauh dari harapan publik yang akan menikmati pelayanan abdi negara tersebut.

Fenomena ini tentu sudah tidak sejalan dengan proses dan tujuan perekrutan yang dilaksanakan seperti yang diungkapkan sebelumnya. Bukannya kualitas pelayanan publik yang ingin ditingkatkan, melainkan hanya sekedar memupuk loyalitas calon aparat pada penguasa. Terlebih setelah melihat jenis soal yang mendominasi butir soal Ujian CPNS yakni Skala Kematangan yang substansinya tentang proses pengambilan kebijakan dalam pemerintahan.

Tidak menutup kemungkinan ada di antara calon peserta yang menyadari kekeliruan seperti kesalahan pada contoh surat lamaran tersebut, tetapi karena takut tidak lulus seleksi berkas, akhirnya memilih mengikuti saja contoh tersebut. Hal ini dilakukan untuk membuktikan loyalitas mereka pada pemerintah sebagai penguasa agar dapat dipilih menjadi abdi negara, hingga lahirlah semboyan ABS (Asal Bapak Senang).

Bukan baru kali ini kesalahan itu terjadi, karena contoh surat lamaran tersebut selalu hadir setiap penyelenggaraan ajang pertaruhan nasib ini. Bukan tidak mungkin contoh itu pula yang selalu hadir setiap tahun dan itulah yang diikuti oleh semua calon pendaftar. Ironisnya, di antara calon pendaftar itu, tidak sedikit yang mempunyai kualifikasi pendidikan S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mendaftar pada formasi jabatan Guru Bahasa Indonesia, baik di SMP maupun SMA. Apakah mereka tidak tahu kesalahan itu, atau pura-pura tidak tahu karena menjunjung prinsip ABS? Hal ini pun menggambarkan kualitas pendidikan di negara kita.

Bagaimana para calon guru Bahasa Indonesia tersebut mengajarkan Bahasa Indonesia kepada siswa di sekolah setelah terangkat jika mereka tidak tahu persoalan kebahasaan. Kehadiran guru semacam ini di hadapan siswa akan menurunkan tingkat kepercayaan siswa terhadap guru hingga berakibat siswa malas belajar. Lebih-lebih setelah siswa menyadari bahwa ilmu yang didapatkannya di sekolah sangat berbeda dengan penerapan di lapangan pekerjaan. Maka jangan heran jika siswa turun menuntut pelaksanaan Ujian Nasional dihapuskan karena menganggap bahwa negara kita tidak lagi membutuhkan pendidikan yang berkualitas.

Fenomena ini harus diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah harus membangun sinergi antara semua elemen bangsa, terutama antara bidang pendidikan dan pekerjaan agar kualitas sumber daya manusia yang diterjunkan di lapangan pekerjaan dapat ditingkatkan.